Hyundai saat ini tengah mengalami situasi yang cukup menegangkan akibat aksi mogok kerja yang dilakukan oleh para pekerja di tiga pabrik utamanya di Korea Selatan. Aksi mogok yang berlangsung selama sepekan terakhir ini dilakukan sebagai bentuk tuntutan atas kenaikan gaji, pengurangan jam kerja, dan peningkatan usia pensiun pekerja. Situasi ini menunjukkan ketegangan antara manajemen perusahaan dan serikat pekerja yang menginginkan perbaikan kondisi kerja yang lebih baik.
Di tengah pertikaian ini, sebanyak 42 ribu anggota serikat pekerja telah sepakat untuk mogok kerja dengan rentang waktu yang berbeda. Di antaranya, dua jam pada 3-4 September dan empat jam pada 5 September 2025. Lokasi aksi mogok terdiri dari pabrik di Jeonju, Asan, dan Ulsan, yang merupakan tiga pabrik inti bagi operasional Hyundai.
Alasan Latar Belakang Aksi Mogok Pekerja di Hyundai
Para pekerja secara terorganisir mengajukan beberapa tuntutan yang sangat spesifik. Salah satunya adalah tuntutan kenaikan gaji pokok yang diusulkan sebesar 141.300 won, yang setara dengan sekitar Rp1,6 juta. Selain itu, mereka juga menginginkan alokasi 30 persen dari laba bersih perusahaan untuk tunjangan kinerja khusus sebagai bentuk penghargaan terhadap kontribusi mereka selama ini.
Tuntutan lainnya adalah pengurangan jam kerja dari lima hari dalam seminggu menjadi 4,5 hari serta perpanjangan usia pensiun dari 60 tahun menjadi 64 tahun. Hal ini menunjukkan adanya keinginan yang kuat dari para pekerja untuk mendapatkan keseimbangan antara kehidupan profesional dan personal mereka.
Kesepakatan untuk melakukan mogok diambil setelah negosiasi terakhir dengan manajemen gagal pada 2 September. Meskipun perusahaan telah menawarkan berbagai insentif dalam bentuk gaji dan bonus, tawaran tersebut dianggap tidak memenuhi harapan pekerja, sehingga memicu keputusan untuk melanjutkan aksi mogok.
Sejarah dan Dampak Aksi Mogok pada Hyundai
Aksi mogok ini menjadi yang pertama dalam tujuh tahun terakhir, dan berpotensi besar mempengaruhi rantai produksi di pabrik-pabrik utama Hyundai. Pabrik Ulsan, yang merupakan pabrik mobil terbesar di dunia, berperan sangat penting dalam proses produksi Hyundai dan memproduksi beragam model, mulai dari sedan hingga SUV mewah.
Dalam konteks ini, pabrik Jeonju khusus memproduksi kendaraan komersial sedangkan pabrik Asan dikenal memproduksi sedan terkenal seperti Sonata dan Ioniq. Dengan demikian, aksi mogok kali ini dapat mempengaruhi tidak hanya produksi kendaraan tetapi juga berimbas pada pendapatan perusahaan secara keseluruhan.
Dari laporan media lokal, diketahui bahwa aksi mogok ini bisa memicu dampak keuangan yang signifikan bagi Hyundai. Sebagai contoh, aksi mogok yang terjadi pada tahun 2016 menyebabkan perusahaan merugi hingga 2,5 triliun won akibat menghentikan aktivitas produksi selama 166 jam.
Situasi Ekonomi dan Pertumbuhan Penjualan Hyundai
Sementara itu, pada bagian lain, Hyundai sebenarnya telah melakukan penyesuaian gaji pekerja sebesar 4,65 persen pada Juli tahun lalu. Peningkatan tersebut merupakan yang terbesar dalam sejarah perusahaan, tetapi tampaknya tidak cukup untuk memuaskan serikat pekerja yang menginginkan penyesuaian lebih besar. Para pekerja merasa berhak atas kenaikan gaji yang lebih substansial, terutama setelah melihat pencapaian penjualan yang luar biasa di pasar Amerika Serikat.
Pada bulan Agustus 2025, penjualan Hyundai mengalami peningkatan sebesar 12 persen, dengan total penjualan mencapai 88.523 unit, yang merupakan rekor pertumbuhan selama sebelas bulan berturut-turut. Kesuksesan ini terutama didorong oleh penjualan mobil listrik yang memberikan kontribusi besar terhadap keuntungan perusahaan.