Maskapai terbesar di Eropa, Ryanair, telah mengumumkan kemungkinan untuk tidak kembali melayani penerbangan ke Israel, bahkan jika situasi konflik yang berkaitan dengan Gaza mereda. Keputusan ini diambil setelah maskapai tersebut merasa “dipermainkan” oleh otoritas bandara yang ada di Israel.
CEO Ryanair, Michael O’Leary, dalam konferensi pers yang berlangsung di Dublin, Irlandia, menyatakan bahwa ada kemungkinan besar mereka tidak akan kembali ke Israel. Hal ini disampaikan sehubungan dengan pengalaman buruk yang mereka alami dengan otoritas Bandara Ben Gurion di Tel Aviv.
Support authors and subscribe to content
This is premium stuff. Subscribe to read the entire article.