Konservasi Hiu Paus di RI Fokus pada Ketimpangan Tata Kelola dan Mitigasi

Konservasi hiu paus (Rhincodon typus) di Indonesia menghadapi banyak tantangan yang mempengaruhi keberlangsungan spesies ini. Di antara berbagai masalah yang ada, kita harus memperhatikan potensi terdamparnya hiu paus serta praktik wisata yang kurang terkelola dengan baik yang mengancam keberlanjutan habitat mereka.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan lembaga-konservasi serta inisiatif internasional dalam menghadapi tantangan ini. Dengan mengadakan kegiatan Monitoring dan Evaluasi untuk Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Hiu Paus, mereka berupaya mengatasi isu-isu yang ada dan merumuskan strategi ke depan.

RAN Konservasi Hiu Paus 2021-2025 yang disusun melalui Kepmen KP 16/2021 diperuntukkan sebagai panduan dalam perlindungan dan pemanfaatan non-ekstraktif. Meskipun demikian, tantangan yang dihadapi masih perlu direspons dengan serius agar langkah-langkah ke depan bisa lebih adaptif dan efektif.

Tantangan dalam Konservasi Hiu Paus dan Kesehatan Ekosistem Direktur Konservasi Spesies dan Genetik KKP, Sarmintohadi, menegaskan bahwa hiu paus merupakan salah satu spesies ikan yang dilindungi secara nasional. Mereka juga tercantum dalam daftar merah IUCN dan dalam appendiks CITES, menunjukkan betapa pentingnya perlindungan terhadap mereka.

Proses perlindungan hiu paus lebih dari sekadar menjaga spesies, tetapi juga berhubungan erat dengan kesehatan ekosistem laut. Dalam hal ini, keberadaan hiu paus berkontribusi terhadap keseimbangan ekosistem dan ketahanan pangan laut di Indonesia.

Namun, pengelolaan konservasi hiu paus harus didorong dengan strategi yang lebih sistematis. Ini termasuk menangani keterbatasan dalam penanganan darurat saat hiu paus terdampar dan evaluasi aktivitas wisata yang tidak berkelanjutan, yang saat ini berisiko bagi kesehatan hiu paus dan keselamatan pengunjung.

Peran Penting Tata Kelola Wisata Hiu Paus Sarmintohadi menyatakan bahwa dalam RAN 2026-2029, pentingnya standar pengelolaan wisata yang ramah satwa menjadi fokus utama. Hal ini dilakukan untuk menghindari intervensi yang merugikan baik bagi hiu paus maupun wisatawan sendiri.

Meski Petunjuk Teknis Wisata Hiu Paus telah ditetapkan, tantangan dalam praktik pelaksanaannya masih ada. Jika tidak dikelola dengan baik, aktivitas wisata ini bisa memperburuk keadaan hiu paus yang sudah rentan.

Dalam acara evaluasi ini, tantangan pengelolaan wisata menjadi sorotan yang harus ditangani secara komprehensif. Penanganan kejadian di mana hiu paus terdampar juga menjadi prioritas yang tidak boleh diabaikan.

Keterlibatan Masyarakat dalam Konservasi Hiu Paus Fitri Hasibuan, Vice President Program Konservasi, menekankan pentingnya interaksi antara ilmu pengetahuan dan masyarakat dalam strategi konservasi. Keterlibatan komunitas lokal dalam upaya ini sangatlah vital untuk keberlanjutan pengelolaan hiu paus.

Menurut Fitri, melalui riset dan penguatan tata kelola, KI berupaya memastikan bahwa pengelolaan hiu paus tidak hanya menjaga biodiversitas laut, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat lokal. Pendekatan yang inklusif sangat diperlukan agar masyarakat merasa memiliki dan turut serta dalam penanganan hiu paus.

Dalam konteks ini, kekuatan komunitas lokal dapat menjadi salah satu kunci dalam pelaksanaan strategi konservasi yang efektif. Pengetahuan lokal bisa dimanfaatkan untuk melawan mitos dan kesalahpahaman yang sering muncul tentang hiu paus.

Pentingnya Monitoring dan Evaluasi untuk Keberlanjutan Monitoring serta evaluasi menjadi elemen penting dalam strategi konservasi hiu paus. Selama periode 2021-2025, ditemukan rata-rata 20 hiu paus terdampar setiap tahun di berbagai lokasi. Oleh karena itu, penting untuk memahami pola keterdamparan ini agar langkah mitigasi dapat diambil dengan tepat.

Salah satu studi yang dilakukan menunjukkan bahwa 71% hiu paus yang terdampar dan masih hidup dapat dilepasliarkan kembali. Data ini sangat penting agar intervensi yang dilakukan tetap rasional dan berbasis pada bukti.

Melalui evaluasi yang dilakukan, kelemahan yang ada dalam mitigasi keterdamparan harus segera ditindaklanjuti. Kesadaran akan pentingnya pengelolaan proaktif dalam mengatasi masalah ini bisa membantu memperbaiki kondisi hiu paus di Indonesia.