Kemenbud Gelar Konferensi Musik Indonesia 8-10 Oktober

Jakarta - Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia akan menggelar Konferensi Musik Indonesia (KMI) pertama yang dijadwalkan pada 8 hingga 10 Oktober di The Sultan Hotel, Jakarta. Gelaran ini akan diikuti oleh festival Jakarta Musikon pada 11 dan 12 Oktober di Senayan Park dengan tema "Satu Nada Dasar" yang menjadi fokus acara.

Wakil Menteri Kebudayaan H. Giring Ganesa Jumario menekankan bahwa KMI akan menjadi forum pertama yang mempertemukan berbagai pihak terkait dalam ekosistem musik. Ini termasuk komposer, performer, label, promotor, hingga komunitas yang mendukung industri musik di Indonesia.

Giring menjelaskan, "Sejak Indonesia merdeka, belum ada ruang bagi ekosistem musik untuk berkomunikasi dengan pemerintah." Dengan inisiatif ini, diharapkan seluruh pemangku kepentingan dapat duduk bersama dan merumuskan kebijakan yang lebih jelas untuk masa depan industri musik.

Dengan tujuan untuk menyusun sebuah roadmap yang mencakup tata kelola industri musik dalam jangka waktu 5, 10, hingga 20 tahun ke depan, KMI dicanangkan sebagai langkah awal untuk merumuskan kebijakan lintas kementerian yang lebih komprehensif.

KMI akan membahas berbagai topik, termasuk royalti dan hak cipta, perpajakan, perlindungan karya musik etnik, serta pengembangan karya ke pasar global. "Regulasi yang kita buat bukan untuk mengikat, tetapi untuk menciptakan tata kelola yang sehat sehingga industri dapat tumbuh dan sejahtera," ungkap Giring.

Menanggapi isu royalti yang sering mengemuka, Giring menyatakan bahwa transparansi mutlak diperlukan. "KMI adalah momentum untuk menyosialisasikan arah kebijakan baru yang sedang dibahas oleh Kementerian Hukum dan HAM dan DPR," tambahnya.

Persiapan Konferensi dan Partisipasi Platform Musik Digital Dalam konteks acara ini, platform musik digital seperti Spotify dan YouTube Music dikonfirmasi akan hadir untuk memberikan keynote dan masterclass. KMI juga akan menyentuh aspek praktis dan strategi distribusi digital di industri musik, terutama dalam melihat lonjakan konsumsi karya dari Indonesia Timur.

Isu terkini mengenai ancaman "artificial streaming," yang merupakan praktik manipulasi pemutaran yang merugikan para kreator, juga akan diangkat dalam konferensi. Negara diharapkan hadir untuk menanggulangi tantangan tersebut dengan langkah yang tepat.

Program Director Jakarta Musikon, Kukuh Rizal, menjelaskan bahwa edisi ketiga acara ini akan lebih terfokus pada aspek hilir industri musik. Model bisnis baru, merchandise, serta branding musisi akan jadi sorotan utama, mengingat kebutuhan untuk kolaborasi visual yang semakin mendesak.

Terdapat tiga pilar utama dalam kegiatan ini, yakni pasar musik yang terdiri dari tenant merchandise band, sekolah musik konvensional, hingga alat musik tradisional. Selain itu, akan ada forum diskusi mengenai kolaborasi di antara berbagai komunitas serta penampilan musik yang melibatkan musisi dari Asia Tenggara.

Optimalisasi Sumber Daya dan Aset dalam Kegiatan Musik Dalam menghadapi tantangan biaya venue yang semakin tinggi, panitia berencana untuk mengoptimalkan aset yang ada melalui kolaborasi dengan Kementerian Dalam Negeri dan lembaga terkait untuk memanfaatkan auditorium RRI atau gelanggang olahraga di berbagai daerah. Revitalisasi sarana prasarana juga menjadi perhatian bagi Direktorat terkait di Kementerian Kebudayaan.

KMI 2025 merupakan kelanjutan dari konferensi yang diprakarsai oleh mendiang Glenn Fredly di Ambon pada tahun 2018, yang kemudian dilanjutkan di Bandung. Untuk menghormati kontribusi almarhum, panitia menyiapkan momen tribut yang akan dikenang oleh semua peserta.

Ke depan, Kementerian Kebudayaan berencana untuk mengadakan pertemuan bulanan dengan berbagai pelaku ekosistem musik sebagai bagian dari persiapan menuju KMI 2026. Selain itu, sinergi dengan Anugerah Musik Indonesia (AMI) diharapkan dapat menghadirkan satu rangkaian acara besar setiap tahun untuk terus memperkuat ekosistem musik di Indonesia.

Perwakilan dari berbagai organisasi di sektor musik, seperti ASIRI dan musisi Gilang Ramadhan, menyambut baik inisiatif KMI sebagai titik temu yang sangat ditunggu. Mereka berharap KMI dapat menjadi platform untuk menata sistem royalti yang lebih transparan dan meningkatkan kualitas festival, serta aspek teknis lainnya dalam industri musik.

Dampak Positif KMI terhadap Ekosistem Musik Indonesia Sebagai langkah maju dalam mendorong akselerasi industri musik, KMI diharapkan dapat mengubah cara pelaku industri berkolaborasi dan berkomunikasi. Dengan saluran komunikasi yang lebih tertata, semua pihak bisa saling mendukung dan menciptakan ekosistem yang lebih sehat.

Selain itu, KMI juga akan menjadi sarana edukasi bagi semua pelaku industri tentang pentingnya hak cipta dan royalti. Para musisi dan kreator diharapkan lebih sadar akan hak-hak mereka dan mendapatkan akses yang lebih baik terhadap informasi dan dukungan yang diperlukan.

Melalui kegiatan ini, ada harapan besar untuk menciptakan kolaborasi yang melibatkan berbagai elemen di industri musik, mulai dari musisi, manajer, hingga platform digital. Dengan semangat kolaborasi ini, diharapkan karya-karya musik Indonesia dapat diterima di pasar global dan memberikan dampak positif bagi perekonomian kreatif.

Secara keseluruhan, KMI 2025 sudi menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan industri musik, dengan menggandeng semua pihak untuk berkomitmen dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi komunitas musik Indonesia.