10 Negara dengan Paspor Terlemah 2025 yang Sulit Mendapatkan Visa

Henley Passport Index 2025 baru saja meluncurkan daftar terbarunya mengenai kekuatan paspor di dunia. Indeks ini memberikan gambaran tentang akses bebas visa ke berbagai negara, berdasarkan data dari International Air Transport Association dan riset Henley & Partners.

Dari 199 paspor dan 227 destinasi yang dianalisis, sepuluh negara teratas tercatat memiliki hambatan terbesar dalam mobilitas internasional. Warga dari negara-negara ini menghadapi kendala yang cukup serius ketika ingin melakukan perjalanan luar negeri.

Dari analisis tersebut, terungkap bahwa masih banyak negara yang warganya memiliki akses terbatas untuk berpergian. Hal ini menjadi sorotan bagi banyak pihak yang terkait dengan kebijakan imigrasi dan diplomasi global.

Identifikasi Negara dengan Paspor Terlemah di Tahun 2025 Dalam daftar ini, Afghanistan kembali menempati posisi paling bawah dengan hanya 25 negara yang bisa diakses tanpa visa. Sementara itu, Syria dan Irak secara berturut-turut menyusul dengan masing-masing 27 dan 30 negara yang dapat dikunjungi tanpa visa.

Peringkat ini sangat signifikan dalam menggambarkan tingkat kebebasan seseorang untuk melakukan perjalanan. Ini juga menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh warga negara tersebut dalam mencari peluang di luar negeri.

Sebagai contoh, Yemen, Somalia, dan Pakistan sama-sama hanya dapat mengakses 32 negara tanpa visa. Padahal, di dunia modern ini, perjalanan internasional kerap kali menjadi penentu bagi banyak sektor, termasuk ekonomi dan pendidikan.

Peringkat Paspor Berdasarkan Akses Bebas Visa Peringkat dalam Henley Passport Index menentukan seberapa besar akses bebas visa yang dimiliki oleh suatu paspor. Indeks ini diperbarui setiap bulan, mencerminkan dinamika global yang terus berubah dalam politik dan kebijakan imigrasi.

Daftar sepuluh negara dengan paspor terlemah mencerminkan situasi yang sulit bagi warganya. Ketika negara-negara lain memperluas jangkauan dan mempermudah prosedur visa, mereka justru terjebak dalam batasan yang ketat.

Daftar ini meliputi negara-negara seperti Nepal, Libya, dan Palestina, yang masing-masing bisa mengakses 38 dan 39 negara tanpa visa. Masyarakat di negara-negara ini biasanya merindukan kesempatan untuk menjelajah dunia.

Dampak Terbatasnya Mobilitas Internasional bagi Warga Negara Terbatasnya kebebasan perjalanan dapat mendorong dampak ekonomi yang signifikan bagi warganya. Banyak individu yang kehilangan kesempatan kerja dan pendidikan akibat akses yang terbatas ini.

Hal ini juga berpotensi menghambat pertukaran budaya, di mana individu tidak dapat merasakan dan belajar dari masyarakat lain. Ketika orang tidak dapat bepergian, pemahaman lintas budaya pun menjadi terhambat.

Keterbatasan tersebut juga dapat memperkuat jurang kesenjangan sosial dan ekonomi di dalam negara tersebut. Contohnya, bagi negara-negara dengan pemerintahan yang lebih tertutup, mobilitas menjadi alat yang diperlukan untuk mencapai kesetaraan.

Pentingnya Henley Passport Index dalam Mengukur Mobilitas Global Henley Passport Index dianggap sebagai acuan global yang kritis dalam memahami dan mengukur kekuatan paspor. Dengan mencakup 199 paspor dan 227 destinasi, indeks ini memberi wawasan kepada negara dan individu tentang kebebasan bergerak.

Dengan analisis ini, banyak negara berusaha untuk memperbaiki kebijakan imigrasi mereka untuk meningkatkan reputasi internasional. Hal ini penting, terutama jika mereka ingin menarik investasi dan pariwisata.

Di sisi lain, warganya juga merasakan dampak dari kebijakan ini, yang bisa menjadi pendorong bagi reformasi. Kemudahan mobilitas tidak hanya memengaruhi individu, tetapi juga berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi negara secara keseluruhan.