BMKG Perkirakan Musim Hujan Akan Lebih Panjang Durasinya

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) baru-baru ini mengumumkan prediksi mengenai musim hujan tahun 2025/2026 yang diperkirakan akan berlangsung lebih lama dari biasanya. Puncak musim hujan tersebut diperkirakan terjadi pada bulan November hingga Desember untuk wilayah barat Indonesia, serta pada Januari hingga Februari untuk wilayah selatan dan timur.

Pemantauan BMKG menunjukkan bahwa durasi musim hujan akan lebih panjang, di mana puncak hujan diprediksi akan berlangsung lebih awal dibandingkan tahun sebelumnya. Para ahli meteorologi terus melakukan analisis untuk memberi informasi terbaru kepada masyarakat mengenai potensi ini.

Menurut BMKG, perubahan pola musim hujan sangat berhubungan dengan fenomena cuaca global, terutama pengaruh dari El Niño dan La Niña. Perlunya pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor tersebut sangat penting, karena dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari, terutama dalam hal pertanian, persediaan air, dan mitigasi bencana.

Pola Musim Hujan 2025/2026 di Berbagai Wilayah Berdasarkan data yang diperoleh, diperkirakan akan ada 333 zona musim (ZOM) di seluruh Indonesia, di mana sekitar 47,6 persen wilayah kita mengalami musim hujan mulai September hingga November 2025. Wilayah-wilayah tertentu, seperti Sumatera dan Kalimantan, diperkirakan akan mengalami hujan sebelum bulan September.

Kemudian, penyebaran musim hujan ini diperkirakan akan meluas secara bertahap menuju wilayah selatan dan timur, yang mayoritas daerahnya mulai mengalami hujan pada bulan September hingga November. Ini menunjukkan bahwa musim hujan akan merata lebih cepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Perlu dicatat bahwa meskipun ada variasi dalam waktu dimulainya musim hujan, sifat dari akumulasi curah hujan diperkirakan akan berada pada kategori normal. Dengan kata lain, kita mungkin akan melihat musim hujan yang lebih basah atau lebih kering dari kebiasaan namun dalam batas yang wajar.

Pengaruh El Niño dan La Niña terhadap Musim Hujan Melihat lebih jauh, BMKG memperkirakan bahwa sepanjang tahun 2025, kondisi El Niño-Southern Oscillation (ENSO) akan berada dalam keadaan netral. Namun, ada beberapa model iklim global yang menunjukkan kemungkinan munculnya La Niña lemah menjelang akhir tahun 2025. Fenomena ini dapat mempengaruhi curah hujan di beberapa wilayah Indonesia.

La Niña sendiri sering kali dihubungkan dengan peningkatan curah hujan, sehingga kehadirannya dapat berkontribusi pada kondisi cuaca yang lebih basah di beberapa daerah. Hal ini menuntut perhatian dari seluruh masyarakat untuk bersiap menghadapi kemungkinan curah hujan yang lebih tinggi.

Selain itu, Indian Ocean Dipole (IOD) yang saat ini berada pada fase negatif juga diprediksi akan bertahan hingga November 2025. Kondisi ini dapat memperkuat risiko terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor, yang perlu diwaspadai terutama di daerah rawan bencana.

Prediksi Awal dan Dampak Jangka Panjang Dari informasi yang disampaikan, jelas bahwa awal musim hujan di Indonesia tidak akan terjadi bersamaan di seluruh wilayah. Wilayah yang berbeda akan memasuki musim hujan dengan waktu yang bervariasi, yang mencerminkan dinamika cuaca yang kompleks di negara kita. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan untuk tetap memantau informasi cuaca terkini.

Dengan diversifikasi waktu musim hujan, kemungkinan terjadinya dampak yang berbeda terhadap sektor pertanian, sumber daya air, dan kehidupan sehari-hari juga meningkat. Para petani, misalnya, perlu merencanakan tanam dan panen mereka berdasarkan informasi yang akurat mengenai curah hujan yang diprediksi.

Selain itu, berbagai instansi terkait perlu mempersiapkan langkah-langkah mitigasi bencana untuk mengurangi risiko yang mungkin timbul akibat peningkatan curah hujan ini. Pendidikan masyarakat mengenai pola cuaca juga sangat penting untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin terjadi.