Beda Olahraga Sehat dan Adiktif agar Tidak Terjebak

Olahraga yang dilakukan dengan cara yang benar dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental serta memberikan keseimbangan dalam hidup. Namun, ketika aktivitas tersebut dilakukan berlebihan hingga mengabaikan kesejahteraan tubuh dan kehidupan sehari-hari, olahraga bisa berpotensi menjadi sebuah adiksi yang berbahaya.

Psikolog klinis Arnold Lukito menekankan bahwa adiksi olahraga termasuk dalam kategori adiksi perilaku, di mana seseorang merasa terdorong untuk terus melakukan aktivitas tertentu walaupun ada konsekuensi negatif yang mungkin timbul. Kondisi ini mirip dengan adiksi zat yang mengakibatkan masalah dalam berbagai aspek kehidupan.

Menurut Arnold, adiksi perilaku merangsang penyampaian dopamin dalam sistem penghargaan otak, yang mengakibatkan timbulnya rasa senang. Seiring berjalannya waktu, pola perilaku ini menjadi sulit untuk dikendalikan, dan individu dapat menemukan diri mereka terjebak dalam siklus ketidakpuasan.

Selain olahraga yang berlebihan, bentuk-bentuk lain dari adiksi perilaku mencakup judi, permainan komputer, belanja impulsif, dan penggunaan media sosial yang berlebihan. Fenomena ini semakin menjadi perhatian dalam banyak penelitian di bidang psikologi.

Dalam konteks medis, beberapa bentuk adiksi perilaku telah diakui secara resmi, seperti di dalam DSM-5. Namun, adiksi olahraga masih dalam tahap penelitian untuk menetapkan bukti-bukti klinis yang lebih kuat tentang dampaknya terhadap kesehatan mental dan fisik.

Memahami Perbedaan antara Olahraga Sehat dan Adiksi Olahraga Arnold membagi perilaku olahraga ke dalam tiga kategori yang berbeda, yaitu olahraga sehat, adiksi olahraga, dan pola obsesif-kompulsif olahraga. Setiap kategori memiliki karakteristik yang berbeda yang dapat membantu seseorang mengidentifikasi kecenderungan mereka.

Pertama, olahraga sehat ditandai dengan keseimbangan antara aktivitas fisik dan aspek lain dalam hidup. Aktivitas ini bersifat fleksibel dan disesuaikan dengan kondisi tubuh, serta dipandang sebagai hal yang menyenangkan dan menyehatkan.

Kedua, adiksi olahraga ditandai oleh dorongan yang berlebihan untuk berolahraga, sulit untuk dihentikan, dan tetap melakukan olahraga meski dalam kondisi tubuh yang tidak memungkinkan. Rasa gelisah atau kekosongan menjadi tanda jelas ketika seseorang tidak bisa berolahraga.

Ketiga, pola obsesif-kompulsif dalam olahraga diperankan oleh rutinitas yang dianggap sebagai kewajiban. Motivasi di balik pola ini sering kali berakar dari keinginan untuk meredakan kecemasan, alih-alih murni mencari kesenangan.

Kapan Anda Harus Waspada terhadap Adiksi Olahraga? Berolahraga seharusnya membawa dampak positif, namun jika mulai mengganggu aktivitas sehari-hari, mengisolasi diri dari interaksi sosial, atau bahkan berujung pada cedera yang diabaikan, maka itu bisa menjadi tanda bahaya. Dalam situasi ini, penting untuk mengevaluasi kembali pola olahraga yang diterapkan.

Adiksi olahraga memiliki dampak jangka panjang yang dapat mengganggu keseimbangan hormonal, menurunkan sistem imun, menyebabkan masalah pada sendi, hingga kelelahan mental. Semua hal ini menjadi pertimbangan serius dalam menjaga kesehatan secara keseluruhan.

Arnold mengingatkan bahwa pendekatan berolahraga seharusnya menjadi elemen positif dalam gaya hidup. Tubuh manusia tidak hanya memerlukan pergerakan, tetapi juga memerlukan waktu untuk beristirahat. Penting untuk mendengarkan sinyal dari tubuh dan memastikan bahwa rutinitas yang sehat tidak beralih menjadi jebakan adiksi.

Sebagai penutup, selalu ingat bahwa olahraga bukan hanya tentang mencapai target fisik semata, tetapi juga bagaimana menjaga kesehatan mental dan sosial. Keseimbangan antara kedua aspek ini akan memproduksi hasil yang lebih berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.