Fakta Sesar Lembang, Sumber Gempa yang Mengancam Bandung Raya

Sejak pekan lalu, wilayah Bandung telah mengalami serangkaian guncangan gempa bumi yang cukup signifikan, mengindikasikan adanya peningkatan aktivitas pada Sesar Lembang. Fenomena ini bukan hanya menarik perhatian para ilmuwan, tetapi juga mengingatkan masyarakat akan perlunya kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana alam.

Gempa berkekuatan M1,8 mengguncang Cisarua, Kabupaten Bandung Barat pada hari Kamis, dan diikuti oleh gempa dengan kekuatan M1,7 tujuh hari kemudian. Kedua peristiwa ini menegaskan bahwa Sesar Lembang merupakan sesar aktif yang perlu diperhatikan dengan serius.

Pada Rabu, satu lagi gempa terjadi di wilayah yang sama dengan pusat guncangan terdeteksi di darat, sekitar 3 kilometer barat laut dari Kabupaten Bandung Barat pada kedalaman 10 kilometer. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas seismik di daerah ini tidak dapat dipandang sepele.

Pentingnya Memahami Sesar Lembang dan Aktivitas Seismiknya Sesar Lembang adalah salah satu dari 81 sesar aktif yang ada di Indonesia dan terletak sekitar 8 hingga 10 kilometer di utara Kota Bandung. Patahan ini membentang sepanjang 29 kilometer, dengan pergerakan yang cukup signifikan, mencapai 6 milimeter per tahun, menjadikannya perhatian utama para peneliti geologi.

Dalam struktur geological-nya, terdapat enam segmen patahan yang tidak lurus, yaitu Cimeta, Cipogor, Cihideung, Gunung Batu, Cikapundung, dan Batu Lonceng. Ini menciptakan kondisi geologis yang kompleks dan berpotensi meningkatkan risiko gempa bumi di daerah sekitarnya.

Pada sisi barat Sesar Lembang, daerah tersebut didominasi oleh persawahan dan pemukiman warga, yang menambah kerentanan. Sementara sisi timur memiliki struktur yang mencolok dengan kemiringan mencapai 40 derajat, menjadikannya destinasi wisata populer dengan pemandangan menakjubkan.

Menghadapi Potensi Kerusakan akibat Aktivitas Gempa Dalam sebuah diskusi daring oleh BPPT pada tahun 2024, skenario gempa akibat aktivitas Sesar Lembang dikemukakan oleh Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG. Dia memperkirakan gempa dengan magnitudo maksimum 6,8 dapat terjadi mengingat panjang sesar sekitar 30 kilometer, yang tentu akan memberikan dampak signifikan bagi masyarakat sekitar.

Dengan kedalaman pusat gempa yang ditetapkan pada 10 kilometer, dampak dari kejadian ini diprediksi akan memengaruhi Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Bandung, dan Purwakarta dengan tingkat intensitas pada skala MMI VI hingga VII. Ini menunjukkan bahwa bangunan yang tidak memenuhi standar tahan gempa berpotensi hancur total.

Pentingnya penerapan kaidah bangunan tahan gempa menjadi penekanan utama. Bangunan yang dirancang dengan baik akan memungkinkan ketahanan meski mengalami guncangan kuat. Namun, kondisi yang ada dapat berisiko tinggi jika struktur bangunan tidak memenuhi standar teknik yang ditentukan.

Kondisi Geologi dan Implikasinya bagi Penduduk Dari sudut pandang geologi, peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan bahwa potensi kerusakan akibat Sesar Lembang sangat dipengaruhi oleh jenis tanah di kawasan tersebut. Di mana Bandung terletak di atas bekas danau purba, tanahnya cenderung lunak, yang membuat guncangan terasa lebih kuat.

Mungkin saja meskipun jarak fisik antara Sesar Lembang dan Kota Bandung lebih dari 7 kilometer, dampak guncangan di pusat Kota Bandung bisa sangat kuat. Hal ini perlu disadari oleh penduduk untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan bencana di masa yang akan datang.

Kesadaran dan edukasi masyarakat akan pentingnya memahami kondisi geologi dan potensi bencana menjadi tantangan yang harus dihadapi. Hal ini termasuk upaya untuk memastikan bahwa infrastruktur kota aman dan tahan terhadap dampak seismik yang mungkin terjadi.