Korsel dan Korut Lanjutkan Survei Bersama Istana Kuno Manwoldae

Korea Selatan (Korsel) berambisi untuk melanjutkan kembali kerja sama arkeologi dengan Korea Utara (Korut) setelah beberapa tahun penundaan. Inisiatif ini bertujuan untuk melakukan survei bersama di situs bersejarah Istana Manwoldae, yang pernah menjadi pusat pemerintahan pada zaman Dinasti Goryeo.

Pengumuman tersebut disampaikan oleh Korea Heritage Service (KHS) baru-baru ini. Lembaga tersebut menyatakan bahwa kebijakan lintas batas di sektor warisan budaya akan menjadi agenda baru pada pemerintahan Lee Jae Myung yang sedang menjabat.

Selain perhatian kepada Manwoldae, KHS juga merencanakan restorasi Kuil Yujeom yang terletak di Gunung Kumgang, yang baru saja dinyatakan sebagai Warisan Dunia UNESCO. Langkah ini menandakan komitmen Korsel untuk mendalami nilai sejarah dan budaya yang ada.

Rencana Penggalian Bersama untuk Menggali Sejarah

Istana Manwoldae adalah istana utama Dinasti Goryeo selama kurang lebih 400 tahun, menjadi saksi sejarah yang berarti bagi kedua bangsa. Sejak 2007, Korsel dan Korut telah melakukan beberapa penggalian bersama di lokasi ini hingga 2018, menghasilkan penemuan sekitar 17.900 artefak.

Artefak yang ditemukan tidak hanya memiliki nilai sejarah yang tinggi, tetapi juga memberikan wawasan mengenai kehidupan masyarakat pada masa lalu. Salah satu penemuan menarik adalah potongan huruf logam kuno yang bisa menambah pemahaman terhadap peradaban Goryeo.

Namun, kegiatan ini terhenti pada tahun 2018 akibat peningkatan ketegangan politik antara kedua negara. Ketika negosiasi nuklir antara Amerika Serikat dan Korut mengalami kebuntuan pada 2019, situasi semakin rumit, mempengaruhi banyak aspek hubungan bilateral.

Kendala dan Harapan dalam Pelaksanaan Proyek

KHS mengakui bahwa kemungkinan untuk melanjutkan proyek ini dalam waktu dekat sangatlah kecil. Perwakilan lembaga tersebut menyatakan bahwa ekskavasi hanya bisa dilanjutkan jika kondisi politik dan sosial memungkinkan.

Dalam upaya memperbaiki hubungan dan membuka jalur kolaborasi, KHS berencana berkoordinasi dengan kementerian terkait serta organisasi swasta. Langkah ini diharapkan mampu mewujudkan program-program yang saling menguntungkan dan mengembangkan pelestarian warisan budaya.

Dengan harapan untuk bisa kembali melakukan penggalian, KHS berkomitmen untuk terus menjajaki kemungkinan kerja sama. Meskipun tantangan yang ada cukup signifikan, upaya ini menunjukkan tekad Korsel untuk menjaga dan melestarikan warisan bersama.

Program Baru untuk Pelestarian Warisan Budaya

Selain fokus pada kolaborasi lintas batas, KHS juga mengumumkan berbagai program domestik yang bertujuan untuk melestarikan warisan budaya nasional. Salah satunya adalah pembangunan ekosistem kecerdasan buatan (AI) yang dapat membantu dalam proses pelestarian.

Pemanfaatan aset budaya dalam produksi konten Korea juga menjadi bagian dari rencana KHS ke depan. Dalam era digital, konten yang berkualitas tinggi dapat meningkatkan penghargaan dan pemahaman masyarakat terhadap warisan budaya.

KHS juga mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah sidang ke-48 Komite Warisan Dunia UNESCO di Busan pada Juli 2026. Diperkirakan lebih dari 3.000 peserta dari seluruh dunia akan hadir, menjadikannya sebuah kesempatan emas untuk memperkenalkan budaya Korea dan membangun jaringan internasional.

Rencana dan program yang akan dijalankan oleh KHS mencerminkan komitmen yang kuat untuk menjaga warisan budaya. Dengan menggabungkan usaha domestik dan kolaborasi internasional, mereka bertujuan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Pelestarian budaya, dalam pandangan KHS, bukan hanya soal menjaga artefak fisik, tetapi juga tentang menjaga identitas dan nilai-nilai yang melekat pada budaya tersebut.