Ribuan Desa Belum Terkoneksi Internet Menurut Respons ATSI

Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) mengungkapkan keprihatinan mengenai banyaknya desa yang belum memiliki akses internet. Mereka berkomitmen untuk mendukung langkah-langkah pemerintah dalam mengatasi masalah ini, guna meningkatkan konektivitas bagi masyarakat.

Dalam pernyataannya, Direktur Eksekutif ATSI Marwan O. Baasir mengindikasikan perlunya kolaborasi antara berbagai pihak untuk menyelesaikan isu ini. Menurutnya, penting untuk menentukan apakah desa-desa tersebut memerlukan peningkatan jaringan atau memang perlu penambahan fasilitas baru.

Pernyataan tersebut muncul setelah Menteri Komunikasi dan Digital menyampaikan bahwa ribuan desa di Indonesia masih belum memiliki koneksi internet yang memadai. Hal ini menjadi tantangan bersama yang memerlukan perhatian dan tindakan serius dari semua elemen yang terlibat.

Sebelumnya, pemerintah mengidentifikasi ada sekitar 2.333 desa yang belum terjamah internet, serta 2.017 desa yang tidak memiliki layanan 4G. Ini menunjukkan bahwa masih ada pekerjaan rumah yang menanti untuk diselesaikan demi pemerataan akses informasi.

Upaya pemerintah dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi diharapkan bisa menjangkau setiap sudut daerah, termasuk wilayah terpencil. Menurut Marwan, optimalisasi jaringan bisa menjadi solusi bagi desa yang sudah mendapatkan layanan, tetapi tidak berjalan secara maksimal.

Pengembangan Infrastruktur Internet di Indonesia Terus Digenjot Di era digital saat ini, konektivitas menjadi sangat penting untuk pembangunan dan kemajuan desa. Pemerintah, bersama dengan ATSI, berkomitmen untuk memastikan semua desa terhubung dengan jaringan internet yang baik. Kegiatan ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan komunikasi, tetapi juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

Marwan menjelaskan bahwa jika jaringan internet sudah ada tetapi tidak optimal, perlu dilakukan optimalisasi. Namun, jika jaringan sama sekali tidak tersedia, maka akan perlu dilakukan penambahan site baru untuk menampung akses internet.

Pada kesempatan yang sama, dia juga mencatat tantangan yang harus dihadapi dalam mengembangkan infrastruktur di daerah-daerah tertentu, terutama di wilayah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal). Infrastruktur penunjang seperti listrik dan akses jalan menjadi faktor krusial dalam penggelaran jaringan internet.

Peran Pemerintah dan Swasta dalam Memperluas Akses Internet Pemerintah berperan penting dalam menyalurkan dana dan sumber daya untuk proyek pengembangan telekomunikasi. Namun, peran swasta juga sangat vital, terutama dalam penggelaran jaringan internet. Sinergi antara kedua pihak dapat menghasilkan solusi yang lebih baik untuk mengatasi masalah konektivitas.

Marwan menekankan bahwa tidak semua operator seluler dapat masuk ke wilayah terpencil secara bersamaan. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis skala ekonomis agar operator yang ada bisa bertahan tanpa merugikan satu sama lain.

Selain itu, dia juga menjelaskan bahwa keberadaan base transceiver station (BTS) sangat dibutuhkan untuk memastikan layanan jaringan dapat menjangkau lebih banyak daerah, termasuk desa yang terisolasi. Hingga saat ini, sudah ada lebih dari 12.300 BTS yang telah dibangun di seluruh Indonesia.

Strategi Kolaborasi untuk Mencapai Konektivitas Merata Untuk mencapai konektivitas yang merata, kolaborasi antara pemerintah, operator telekomunikasi, dan masyarakat menjadi hal yang sangat penting. Masyarakat diharapkan juga berperan aktif dalam mendukung pembangunan infrastruktur di daerah mereka.

Hal ini mencakup pengawasan terhadap proses penggelaran jaringan serta menyediakan informasi terkait kebutuhan masyarakat akan akses internet. Dengan demikian, diharapkan masyarakat bisa mendapatkan manfaat langsung dari adanya koneksi yang baik.

Kegiatan seperti sosialisasi dan pelatihan dapat membantu masyarakat memahami pentingnya konektivitas dan bagaimana memanfaatkan teknologi secara optimal. Dengan begitu, pembangunan infrastruktur tidak hanya berhenti pada sisi fisik saja, tetapi juga harus diimbangi dengan peningkatan pemahaman dan keterampilan masyarakat.