Ribuan Warga AS Sambut Kedatangan Presiden RI dan Kibarkan Bendera Merah Putih

Presiden Prabowo Subianto baru saja tiba di New York, Amerika Serikat untuk menghadiri Sidang ke-80 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kunjungan ini mengingatkan kita pada momen-momen bersejarah saat pemimpin Indonesia sebelumnya bertolak ke negeri Paman Sam.

Salah satu yang paling berkesan adalah kunjungan Presiden pertama RI, Soekarno, pada tahun 1956. Kedatangan beliau bukan hanya sekadar perjalanan dinas, melainkan juga menjadi lambang hubungan yang erat antara Indonesia dan Amerika Serikat.

Kisah tersebut menunjukkan bagaimana sosok Soekarno mampu menarik perhatian publik luar negeri dan membangun citra positif Indonesia di mata dunia. Melalui perjalanan tersebut, Soekarno berhasil membawa suara bangsa Indonesia ke pentas internasional dengan cara yang sangat mengesankan.

Peristiwa Bersejarah Kunjungan Soekarno di Tahun 1956 Pada tanggal 17 Mei 1956, Soekarno memulai kunjungan kenegaraannya yang pertama ke Amerika. Menghadapi banyak agenda, termasuk berpidato di depan Senat, Soekarno ingin mempererat hubungan bilateral antara dua negara.

Kunjungan ini berdurasi 14 hari dan memberikan kesan mendalam bagi Bung Karno. Dalam autobiografinya, dia mengekspresikan betapa hangatnya sambutan dari masyarakat dan pejabat tinggi AS.

Saat tiba di Washington, Soekarno disambut langsung oleh Presiden Dwight D. Eisenhower, yang menunjukkan betapa pentingnya kunjungan ini. Momen tersebut ditandai dengan tembakan meriam dan lagu kebangsaan Indonesia, menandakan selamat datang yang meriah.

Sambutan Meriah dari Rakyat Amerika Kedatangan Soekarno memicu reaksi luar biasa dari publik. Lebih dari 25 ribu warga Amerika menyerbu jalanan untuk menyaksikan pemimpin Indonesia. Banyak dari mereka mengibarkan bendera Merah Putih dengan penuh semangat.

Di sepanjang jalan, suasana terlihat begitu riuh. Sebuah gambar besar yang menunjukkan bendera Indonesia dan Amerika serta foto Soekarno menghiasi langit-langit kota. Keberadaan sosok Soekarno bagaikan magnet yang menarik perhatian semua orang.

Bung Karno pun tidak tinggal diam. Dia turun dari mobil untuk bersalaman dengan para penggemar yang menanti. Kesempatan ini begitu berharga, hingga ia menerima kunci emas dari wali kota Distrik Columbia sebagai simbol penghormatan.

Kunjungan yang Meninggalkan Makna Mendalam Kunjungan yang dipenuhi dengan sambutan meriah ini menjadikan Soekarno sebagai sosok yang sangat dikenang di mata publik Amerika Serikat. Banyak yang menganggapnya sebagai simbol anti-kolonialisme dan perjuangan untuk kemerdekaan bangsa-bangsa yang terjajah.

Berbicara di hadapan Senat, Soekarno tidak hanya menikmati sambutan tersebut. Dia memanfaatkan momen itu untuk mengajukan beberapa tuntutan politik, terutama terkait dengan Irian Barat, yang dia sebut sebagai "kanker kolonial."

Pesan yang dibawa oleh Bung Karno resonan dengan banyak orang. Dia meminta dukungan dari Amerika Serikat untuk membantu negara-negara Asia dan Afrika yang masih berjuang untuk meraih kemerdekaan.

Kendati terjadi sambutan yang mewah pada kunjungan pertamanya, situasi berubah pada kunjungan kedua Soekarno ke Amerika Serikat di tahun 1960. Hubungan Indonesia dan Amerika mulai merenggang karena politik luar negeri yang menunjukkan kecenderungan ke blok Timur.

Kali ini, Soekarno tidak disambut secara resmi oleh Presiden Eisenhower. Hal ini menyebabkan kemarahan pada Soekarno, yang merasa ditinggalkan oleh negara yang dulunya memberikan sambutan hangat.

Secara keseluruhan, perjalanan Soekarno ke Amerika Serikat menjadi ritus penting yang menggambarkan hubungan diplomatik yang dinamis, sekaligus menunjukkan tantangan yang dihadapi seorang pemimpin dalam memelihara hubungan internasional yang harmonis.