Kebebasan bersuara sering kali menjadi pedang bermata dua, terutama dalam konteks unjuk rasa. Hal ini juga dialami oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno, yang meski memiliki karisma yang besar, tidak terhindar dari dukungan sekaligus penolakan yang luar biasa dari rakyatnya.
Pada tahun 1966, suasana politik di Indonesia semakin memanas, dan mahasiswa mengambil langkah untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka. Dengan berbagai keluhan yang mencuat dari rakyat, tindakan demonstrasi menjadi sarana komunikasi yang sering kali berakhir dengan kericuhan.
Support authors and subscribe to content
This is premium stuff. Subscribe to read the entire article.