Sosok Yurike Sanger, Anak SMA dan Istri ke-7 Soekarno

Kabar duka menyelimuti Indonesia setelah mendengar berita tentang berpulangnya Yurike Sanger, istri ketujuh dari Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Yurike menghembuskan napas terakhir di California, Amerika Serikat, pada Rabu, 18 September 2025, dengan didampingi oleh orang-orang tercintanya, termasuk keluarganya.

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia mengonfirmasi berita ini melalui pernyataan resmi. Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia menegaskan bahwa Konsulat Jenderal RI di Los Angeles telah berkomunikasi dengan pihak keluarga untuk memberikan dukungan yang dibutuhkan saat berduka.

Kisah cinta antara Yurike dan Soekarno menjadi perbincangan yang menarik perhatian banyak orang. Bagaimana dua individu dari latar belakang yang berbeda dapat menemukan jalan menuju kehidupan bersama, meskipun terdapat perbedaan yang signifikan dalam usia dan status.

Momen Pertama Pertemuan antara Yurike dan Soekarno Perjumpaan pertama Yurike Sanger dan Soekarno terjadi pada tahun 1963. Saat itu, Soekarno tengah menjalani acara kenegaraan yang dihadiri oleh berbagai tokoh penting, sementara Yurike, seorang pelajar SMA, dilibatkan dalam penyambutan tersebut.

Meskipun masih sangat muda, Yurike berhasil menarik perhatian Soekarno yang pada waktu itu berusia 62 tahun. Setelah acara tersebut, Soekarno memanggilnya dan memperkenalkan diri, menandai awal kisah cinta yang akan mengubah hidup mereka berdua.

Kemudian, dalam perjalanan pulang, Soekarno menawarkan untuk mengantar Yurike, sekaligus mengajak berbincang-bincang. Selama perjalanan itu, mereka saling berbagi pandangan tentang masa depan, termasuk pembicaraan yang berani tentang pernikahan.

Tawaran Pernikahan yang Tak Terduga Saat berbincang, Soekarno dengan ketulusan hatinya melamar Yurike, mengungkapkan keinginan untuk menjadikannya istri. “Adiklah, istri yang terakhir,” katanya, menyiratkan keseriusan dalam tawarannya yang mengejutkan seorang remaja.

Yurike, yang pada waktu itu masih remaja berusia 18 tahun, menghadapi dilema dalam menjawab tawaran tersebut. Keluarganya sempat merasa ragu karena perbedaan usia yang mencolok dan sejarah pernikahan Soekarno yang sudah memiliki banyak istri sebelumnya.

Namun, setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya keluarga Yurike memberikan restu untuk pernikahan tersebut. Mereka pun melangsungkan pernikahan pada tanggal 6 Agustus 1964, meskipun tanpa dikaruniai keturunan.

Perjalanan Hidup Bersama yang Rumit Di tengah kehidupan pernikahan, Yurike sempat mengalami kehamilan, tetapi sayangnya mengalami keguguran. Dokter memberikan instruksi agar Yurike tidak hamil selama tiga tahun ke depan, yang menjadi sebuah tantangan tersendiri dalam hubungan mereka.

Soekarno, meskipun merupakan seorang presiden yang disibukkan dengan tugas kenegaraannya, tetap menghormati kewajiban untuk bersama Yurike. Namun, kehidupan seiring waktu tidak selalu berjalan mulus, dan banyak tantangan yang harus mereka hadapi.

Yurike merasakan kejengkelan ketika Soekarno seringkali harus pergi ke Istana Merdeka secara mendadak. Dalam beberapa kesempatan, presiden tersebut bahkan pergi tanpa sempat merapikan dirinya, menunjukkan betapa sibuknya ia dalam mengemban tanggung jawab sebagai pemimpin negara.

Akhir dari Sebuah Kisah Cinta Namun, meski telah berusaha menjaga hubungan mereka, pernikahan antara Soekarno dan Yurike harus berakhir pada tahun 1967. Dengan berakhirnya kekuasaan Soekarno, status politiknya sebagai tahanan membuat mereka tak lagi bisa bersama.

Pada tahun yang sama, keduanya memutuskan untuk bercerai secara baik-baik. Meski perpisahan ini berat, keduanya tetap memiliki kenangan yang tidak terlupakan dari perjalanan cinta mereka.

Setelah perceraian, Yurike menetap di Amerika Serikat, menjalani hidupnya hingga akhir hayatnya. Komitmennya untuk menjaga kenangan cintanya dengan Soekarno tetap hidup, tercermin dalam berbagai karya, termasuk buku yang diterbitkan pada tahun 2010 yang mengisahkan cinta mereka.